Ilustrasi : skuter menengadah ke kota,
Muh. Rasyidu,
Dari
deret jembatan seberang kota lama menuju
tepian Bungku toko.
Terlihat
anak anak nakal dan lugu tengah
berpose diantara takdir yang tak terbantah kan
Senyuman
nya tampak bersih tanpa noda menghitam.
Dikala
debu sisa rumah toko terhirup pekat diantara
ujung saluran nafas pada dua lubang hidung yang sangat memorial,
Mengambil
jepretan foto ditengah lautan teluk kota Kendari bukan lagi kawasan Pecinan,
Mula dari Saksi sejarah Vosmaer bernaung dintara rimba koloni Hindia
Yang
datang dengan harap harap
cemas kebesaran teluk kota Kendari jalur
niaga kawasan Timur Hindia Belanda,
Dari
orang-orang yang tak tau budak atau perbudakan
Orang-orang
yang merdeka dengan
menaruh hasil pada teluk kota Kendari yang
mulanya dikenal sebagai kandai
Orang-orang
yang berpengharapan sebagai nelayan pada asalnya,
Dimakah asal usul mereka dahulunya?
Mereka
yang sudah merdeka sejak lahir
Hindia
itu apa? Belanda itu apa? Kompeni itu apa?
Bersatu
dalam rangkaian keragaman etnis Melayu, dan
sedikit migrasi Tionghoa didalamnya
Adalah
Cerita kosmologi Perantau jauh,berbaur,
serta melokalisasi.
Hidup
pilihan Bertahan dengan bekal keterampilan dagang turunan mencari
diri dalam bekal dagang bahan bangunan juga
toko toko elektronik yang dijajakan tak cukup jua di sana
Dari teripang hingga Tuna yang mereka panen dikumpulkan pada pengepul etnis Tionghoa,
Kini
hanya jejak bekam, dari kumpulan sejarah penuh kisah
Dari lahirnya Belanda kulit hitam sampai terusirnya tionghoa dari kota lama.
Bukan
keabadian yang ingin disaksikan
Tapi
bahasa dengan dialek kota lama Dengan
sindiran sindiran mi dan kah.
Apakah
masih akan bertahan
Ataukah
kisah kekeluargaan cina lokal mix dengan masyarakat lokal dalam adat perkawinan sudah cukup untuk membuat sebuah cerita-cerita
novel percintaan.
Atau selundupan barang dimasa kemerdekaan oleh mereka pedagang kota lama, yang berhadapan langsung dengan rujab kapitan belanda
Bukankah
deretan bangunannya khas kota Kendari,
Kumpulan
ikon kota dengan lampion disetiap
Imlek,
Serta
kumpulan warna merah penanda kebahagian dan umur panjang
Terpampang
sebelum keberadaannya hilang dari
keramaian dan macetnya pete-pete angkot khas kota
Tersisa
harapan dan mitos yang abadi dan tak memberi sejarah
Pada suatu saat kubayangkan anak-anak nakal lucu ini diumur kelahiran di 2015 silam
Tepat
penghancuran untuk ikon kota yang baru
Mengadah
dan tak tahu apa-apa
Kini
wajah baru mulai muncul
Ikon
kota Kendari dengan lalu-lalang nya wisatawan dari daerah pelosok sulawesi
tenggara yang
tetap kagum pada pandangan keindahan wajah baru teluk Kendari
Post a Comment for "Puisi : Kota Lama Kendari, Saksi Sejarah"