Blogger Jateng

Dominasi Moralitas sebuah Identitas Berkebalikan dan saling berlawanan | Harian Pelajar

Alter Ego
Ilustrasi Pixabay: Perbedaan Identitas

Dalam sebuah teritori sering kali terdapat berbagai kelompok dengan identitas yang berbeda-beda pada setiap generasi. Di dalamnya, muncul peran-peran individu atau kelompok yang bertindak sebagai penyelamat atau sebaliknya, pembawa keburukan. Fenomena ini tidak terpisahkan dari kehidupan sosial dan tercermin pula dalam kisah-kisah kenabian dan kewalian dalam kitab-kitab suci yang ada di berbagai agama. Peran-peran tersebut, meskipun secara esensi tetap sama, akan terus berlanjut seiring dengan perkembangan waktu, namun dengan penyesuaian tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda.

Pembentukan identitas kelompok ini adalah sebuah keniscayaan yang terjadi dalam siklus sosial yang terus berulang, selama pranata sosial masih eksis dalam masyarakat. Namun, sering kali perbedaan pandangan dan keyakinan di antara kelompok-kelompok ini menimbulkan konflik yang pada akhirnya melahirkan dominasi kelompok yang lebih kuat atas kelompok lainnya.

Dalam pandangan sosial, peran-peran tersebut berkembang menjadi semacam "politik keyakinan" di mana setiap kelompok menjalankan perannya masing-masing berdasarkan keyakinan dan nilai-nilai yang mereka pegang. Praktik ini pada akhirnya berkontribusi pada terciptanya mitos-mitos kuno yang berakar dalam aktivitas sosial masyarakat. Mitos-mitos ini, meskipun sering dianggap sebagai peninggalan masa lalu, sebenarnya berfungsi sebagai landasan bagi penguatan keyakinan dan arah perkembangan sosial yang sesuai dengan dinamika zaman.

Sebuah masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok dengan identitas yang berbeda-beda, selalu muncul peran-peran yang dikategorikan sebagai "penyelamat" dan "pencipta keburukan." Peran-peran ini bukanlah fenomena baru; mereka memiliki akar dalam kisah-kisah religius dan mitologis yang telah ada sejak dahulu kala. Namun, seiring berjalannya waktu, peran ini tidak selalu hadir dengan wujud yang sama, melainkan terus beradaptasi dengan perkembangan sudut pandang yang ada di masyarakat.Nilai peran dari penyelamat dan pencipta keburukan juga hanya bersifat sebagai analogi sejarah subjektif.

Ketika kita melihat lebih dalam, kita menyadari bahwa moralitas dalam masyarakat tidak berdiri sendiri sebagai kebenaran universal. Sebaliknya, moralitas seringkali didasari pada persepsi keyakinan dari dua identitas kelompok yang berbeda. Dalam hal ini, setiap kelompok memiliki interpretasi moralitasnya sendiri, yang dihasilkan dari keyakinan kolektif dan mitos yang mereka anut. Mitos-mitos ini bukan hanya sekadar cerita yang diwariskan, tetapi juga menjadi panduan moral dan etika yang mempengaruhi tindakan dan keputusan kelompok tersebut.

Dominasi satu kelompok atas yang lain sering kali tidak hanya berakhir dengan perjuangan fisik atau politik, tetapi juga dengan dominasi moralitas. Kebenaran dalam konteks ini bukanlah sesuatu yang mutlak atau objektif; melainkan sesuatu yang dihasilkan dari benturan moralitas antara kelompok yang berbeda. Dalam pertarungan ini, moralitas yang dominan pada akhirnya mendefinisikan apa yang dianggap benar atau salah oleh masyarakat secara keseluruhan.

Seiring dengan perubahan zaman, kebutuhan akan moralitas juga berubah. Setiap zaman memiliki tantangannya sendiri, dan karenanya, moralitas yang mendominasi pun harus menyesuaikan diri. Prinsip-prinsip yang dianggap mutlak pada satu zaman, mungkin dianggap usang atau bahkan absurd pada zaman berikutnya. Ini menciptakan siklus di mana pertentangan moralitas yang berbeda-beda akhirnya melahirkan sesuatu yang baru—sebuah bentuk moralitas yang lebih sesuai dengan konteks dan kebutuhan zaman tersebut.

Namun, yang menarik adalah bahwa dalam proses ini, sering kali terjadi hal-hal yang absurd. Misalnya, konsep moralitas yang lahir dari pertentangan mungkin memiliki elemen-elemen yang saling bertolak belakang atau tidak masuk akal jika dilihat dari perspektif moralitas sebelumnya. Namun, justru dalam absurditas inilah terletak keindahan dari evolusi moralitas itu sendiri. Setiap zaman pada akhirnya menemukan cara untuk menyesuaikan moralitas dengan realitas eksistensialnya, meskipun harus melalui proses yang rumit dan penuh kontradiksi.

Pada akhirnya, gambaran ini menunjukkan bahwa moralitas adalah sesuatu yang dinamis, dibentuk oleh persepsi, keyakinan, dan konflik antar kelompok. Kebenaran, dalam hal ini, tidak lebih dari hasil dari proses dominasi dan penyesuaian moralitas yang terjadi dari waktu ke waktu. Prinsip-prinsip yang kita pegang saat ini mungkin akan tampak aneh atau bahkan salah pada masa depan, tetapi itulah bagian dari evolusi yang tak terelakkan dalam perjalanan moralitas manusia.

Penjelasan Lebih Lanjut:

Opini ini menyoroti bahwa dalam setiap komunitas, identitas dan peran sosial tidak hanya dibentuk oleh kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut, tetapi juga oleh dinamika kekuasaan yang ada di antara kelompok-kelompok yang berbeda. Dominasi, konflik, dan pembentukan mitos adalah bagian integral dari bagaimana masyarakat membentuk identitas kolektif mereka.

Mitos, dalam hal ini, berfungsi sebagai alat legitimasi dan penguatan keyakinan yang membantu menjaga kohesi sosial, meskipun terkadang berfungsi juga sebagai penghalang terhadap perubahan atau inovasi yang bertentangan dengan status quo. Oleh karena itu, memahami bagaimana peran-peran sosial ini berfungsi dan berkembang adalah kunci untuk memahami perkembangan sosial dan budaya dari generasi ke generasi.

Terjadinya pembentuk identitas diri ini adalah suatu kodrat dalam sebuah lingkaran yang berulang selama peran kelompok sebagai pranata social terus ada pada masyarakat. Hal yang paling lazim ada yaitu kadangkala dalam kelompok yang berbeda selalu nya terjadi perbedaan sudut pandang dan bentuk keyakinan hal ini pada akhirnya membentuk sebuah konflik yang berujung pada dominasi satu kelompok yang lebih dominan terhadap kelompok yang lainnya.

Selanjutnya dalam pandangan subjek peran-peran dua identitas tadi menjadi sebuah politik keyakinan yang berujung pada menjalankan perannya masing-masing, pada sebuah kesimpulan besar bahwa hal ini pada praktiknya terdapat didalamnya sebuah peran dari perilaku social yang akan berkembang menjadi mitos-mitos kuno pada sebuah aktivitas sosialnya. peran dari arsip sejarah AKAN mitos kuno ini hanyalah sebuah batu loncatan untuk memperdalam keyakinan subjek ataupun kaum newgeneration yakni istilah yang diwakili sebagai sebuah catatan dimana arah dunia berkembang sesuai zaman bergerak. 


Post a Comment for " Dominasi Moralitas sebuah Identitas Berkebalikan dan saling berlawanan"